Rabu, 22 Desember 2010

Bener - Bener

Bukannya sok pinter, bukanya sok bener, coba baca bener-bener..

Paling kesel sama orang sok bener, yg ngeliat sisi orang lain dari hal yg ngga bener ..

semua orang pernah ngelakuin hal-hal yg ga bener, tapi semua orang juga pernah ngelakuin hal yg bener..

jangan liat orang dari sisinya yg ngga bener.

kadang, orang yg ga bener juga bisa ngelakuin hal-hal bener buat semua orang.

bener kan bener ??

jangan cela orang-orang yg ga bener, contoh yg bener.

kasih tau hal-hal yg bener, jangan tiru hal yg ngga bener.

:)

Tapii.. kadang-kadang hal yg bener buat kita, belum tentu bener buat orang lain .

bingung bener-bener bingung -_____-

hemm.. ya udah lah, dari pada jadi mikir yg ngga bener.

mendingan dari sekarang nyicil berbuat hal yg bener.

bener kan benerr ??

;p

*sekali lagi ah ..

Bukannya sok pinter, bukanya sok bener, coba baca bener-bener..

:)

Kamis, 25 November 2010

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan

Kasus Gizi Buruk Bukan Cuma Karena Kemiskinan


Ditegaskan ANDRYANTO SH.M.Kes, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi (Persagi) DPD Jawa Timur, Rabu (20/08), munculnya gizi buruk dalam masyarakat, bukan sekedar karena masih banyaknya kemiskinan. Lebih dari itu, tingkat ilmu pengetahuan yang rendah juga mengakibatkan gizi buruk.

Saat ini, kata ANDRYANTO, di Jawa Timur tercatat sekurangnya 5.293 kasus gizi buruk. Dan dari penelitian yang sudah dilakukan, munculnya kasus-kasus gizi buruk tersebut bukan hanya disebabkan karena kemiskinan sehingga tidak mampu mengkonsumsi makanan sehat.

“Ternyata tingkat pendidikan yang rendah juga menjadi satu diantara penyebab munculnya kasus-kasus gizi buruk, dalam masyarakat kita. Kemiskinan memang sangat signifikan, karena akhirnya ketidakmampuan memgkonsumsi makanan sehat terkait dengan tidak adanya biaya,” kata ANDRYANTO pada suarasurabaya.net.

Ditemui disela-sela kegiatan pengenalan produk makanan sehat di SDN Lidah Kulon 4 dan 5, Rabu (20/08) ANDRYANTO menyampaikan bahwa rendahnya pengetahuan juga menjadi pemicu munculnya kasus gizi buruk. “Keterbatasan pemahaman tentang gizi buruk mengakibatkan masyarakat tidak tahu mana makanan yang sehat serta dibutuhkan,” ujar ANDRYANTO.

Karena itu, lanjut ANDRYANTO, orang tua saat ini harus teliti dan tidak sekedar mampu membeli makanan-makanan yang memang dibutuhkan oleh anak-anaknya. “Jika tidak, bangsa ini akan kehilangan generasi yang cerdas dan mampu menyongsong masa depan,” pungkas ANDRAYANTO SH, M.Kes pada suarasurabaya.net.(tok)


sumber : http://www.suarasurabaya.net/v05/kelanakota/?id=f0febf420b3560266b6dabec51ec43f3200855348


Selasa, 23 November 2010

Agama dan Masyarakat

Tokoh Muslim RI Selami Kemajemukan Budaya dan Agama Australia

JAKARTA - Delegasi tiga tokoh Muslim Indonesia bertolak ke Australia pada Minggu untuk ambil bagian dalam program pertukaran bilateral yang dimaksudkan untuk memperkukuh saling pengertian dan hubungan antar masyarakat Muslim di kedua negara.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, berujar dirinya berharap kunjungan - Reza Ahmad Zahid dari Kediri, Jawa Timur; Imam Kanafi dari Pekalongan, Jawa Tengah dan Zacky Khairul Umam dari Jakarta - akan memberi sumbangsih pada pemahaman yang lebih baik di Indonesia tentang kemajemukan budaya dan agama di Australia dan peran penting yang dimainkan Muslim di masyarakat Australia.

“Muslim termasuk pengunjung pertama Australia dan membantu membangun negara kami menjadi bangsa yang berhasil dan makmur seperti sekarang. Muslim Australia telah membawa ide baru, ketrampilan dan bakat serta memberi sumbangsih besar pada Australia kontemporer yang multikultural,” tutur Dubes dalam keterangan pers yang dikirim kepada okezone di Jakarta, Selasa (20/4/2010).

“Pendekatan Australia pada kemajemukan budaya dan kohesi sosial merupakan salah satu dari banyak kekuatannya. Masyarakat Muslim Australia yang berasal lebih dari 120 negara – termasuk Indonesia – terus terlibat dengan warga Australia lainnya, mamajukan harmoni dan pengertian.”

Program pertukaran ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada para tokoh yang bermunculan pada masyarakat Muslim Indonesia untuk terlibat dengan rekan mereka di Australia dalam sejumlah masalah penting yang mempengaruhi penduduk di kedua negara.

Para peserta delegasi ini semuanya mempunyai latar belakang akademis, sehingga mereka akan mempunyai kesempatan untuk mengutarakan pandangan mereka tentang agama publik dan perubahan antar-generasi di Indonesia di Universitas Monash. Mereka juga akan menyaksikan pameran “You Am I” oleh para seniman/wati Muslim Australia di Melbourne yang disponsori oleh Dewan Islam Victoria dan Dewan Kota Hume di Victoria.

Pada Mei, lima tokoh Muslim muda dari Australia akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia untuk belajar secara langsung tentang masyarakat Indonesia yang majemuk, demokratis dan toleran dan untuk bertemu dengan para tokoh masyarakat, pendidikan dan agama, para akademisi, pejabat pemerintah dan perwakilan media.

Program Pertukaran Muslim ini dibentuk oleh Pemerintah Australia melalui Lembaga Australia-Indonesia pada 2002.(faj)



sumber : http://international.okezone.com/read/2010/04/20/18/324368/18/tokoh-muslim-ri-selami-kemajemukan-budaya-dan-agama-australia

Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Desa

Mengembangkan Kawasan Industri di Daerah


PERMASALAHAN urbanisasi yang muncul di kota-kota besar di Indonesia selama ini menimbulkan berbagai polemik tanpa disertai adanya langkah kongkret dari pemerintah dan pihak yang berkepentingan untuk meminimalkan permasalahan tersebut.

Padahal, kita mengetahui bahwa motif dari urbanisasi adalah motif ekonomi. Masyarakat yang berasal dari daerah mengharapkan adanya peningkatan kualitas hidup dengan pindah ke kota besar. Hal ini sangat wajar, sebab memang perputaran uang di kota besar relatif lebih besar dibandingkan di daerah. Di samping itu, daya tarik tersendiri yang ditawarkan oleh kota besar membuat tidak sedikit warga daerah untuk mencoba peruntungan mereka di kota. Sehingga, informasi tersebut menimbulkan asumsi pribadi warga daerah terkait penghidupan yang lebih layak di kota-kota besar.

Namun, asumsi ini ternyata tidak sedikit yang bertepuk sebelah tangan. Artinya, mereka melihat situasi kota besar tidak seperti apa yang telah mereka bayangkan sebelumnya. Justru yang dihadapi adalah terlalu banyaknya penawaran tenaga kerja di kota besar tanpa disertai dengan permintaan yang memadai bagi tenaga kerja itu sendiri.

Akibatnya, terjadi surplus tenaga kerja yang berarti menumpuknya pengangguran di kota besar. Kondisi ini bukannya meningkatkan kesejahteraan, tetapi justru menyulitkan warga daerah yang bersangkutan. Belum lagi masalah sosial yang harus diselesaikan oleh pemerintah kota tersebut. Kepadatan penduduk, rumah kumuh, gepeng, hingga kasus kriminalitas yang terjadi di kota-kota besar.

Melihat kondisi yang telah dijelaskan di atas, sebenarnya ada satu formula yang bisa diterapkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran akibat urbanisasi. Karena kita telah mengetahui bersama bahwa motif utama warga melakukan urbanisasi adalah ekonomi, maka pemerintah perlu membangun kawasan industri baru di daerah.

Alangkah baiknya jika pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membangun dan mengembangkan kawasan-kawasan industri di daerah-daerah yang memang belum berkembang. Ide ini merupakan formula yang baik sebab industri menawarkan banyak tenaga kerja dan warga daerah sekitar bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan karyawan di daerah masing-masing.

Selama ini kita mengetahui kawasan-kawasan industri hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Banyak di antara kawasan itu sudah mencapai titik optimumnya. Kawasan-kawasan tersebut misalnya di Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, dan kota-kota besar lainnya. Karena itu, pemerintah harus mampu membangun kota-kota industri baru di daerah lain.

Masih banyak sebenarnya alternatif daerah yang potensial untuk dikembangkan. Masih ada potensi sumber daya yang tersimpan di kota-kota lain untuk dijadikan kawasan industri seperti yang ada di kota-kota besar. Selain mengatasi pengangguran, tentunya kawasan industri daerah akan memberikan multiplier effect bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat setempat sehingga hadirnya industri di daerah akan benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika saja hal ini bisa terwujud, masalah urbanisasi akan dapat diminimalkan sehingga kota-kota besar tidak akan menanggung lebih berat masalah sosial dampak dari adanya urbanisasi tersebut.

Daerah-daerah di Indonesia pun akan merasakan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dengan dikembangkannya kawasan industri ini.(*)

sumber : http://kampus.okezone.com/read/2010/10/01/367/377978/367/mengembangkan-kawasan-industri-di-daerah